Get Gifs at CodemySpace.com
funny gifsPerkuat dirimu dengan ikhtiar dan amal Teguhlah dalam sikap tak mementingkan dunia Namun jangan jadikan pengetahuan rohani sebagai tujuan Renungi dalam-dalam dirimu agar niatmu terkabul Kau adalah pancaran kebenaran ilahi Jalan terbaik ialah tidak mamandang selain Dia.

Saturday, 7 July 2012

Syekh Maulana Maghribi


Siapa sebenarnya Syekh Maulana Maghribi itu? Berdasarkan salah satu cerita atau babad sejarah Kerajaan Demak, Syekh Maulana Maghribi adalah seorang pemeluk agama Islam dari Jazirah Arab. Beliau adalah penyebar agama Islam yang memiliki ilmu sangat tinggi. Sebelum sampai di Demak, beliau terlebih dahulu mengunjungi tanah Pasai (Sumatera). Sebuah riwayat juga mengatakan bahwa Maulana Maghribi masih keturunan Nabi Muhammad SAW dan masuk golongan waliullah di tanah Jawa.

Syekh Maulana Maghribi mendarat di Jawa bersamaan dengan berdirinya Kerajaan Demak. Beliau datang dengan tujuan untuk mengIslamkan orang Jawa. Runtuhnya Kerajaan Majapahit (tonggak terakhir kerajaan Hindu di Jawa) diganti dengan berdirinya Kerajaan Demak yang didukung oleh para wali (orang takwa).

Sesudah pelaksanaan pemerintahan di Demak berjalan baik dan rakyat mulai tenteram, para wali membagi tugas dan wilayah penyebaran agama Islam. Tugas pertama Syekh Maulana Magribi di daerah Blambangan, Jawa Timur. Beberapa saat setelah menetap di sana, Syekh Maulana Maghribi menikah dengan putri Adipati Blambangan. Namun pernikahan baru berjalan beberapa bulan, beliau diusir oleh Adipati Blambangan karena terbukanya kedok bahwa Syekh Maulana ingin menyiarkan agama Islam.

Setelah meninggalkan Blambangan, Syekh Maulana Maghribi kemudian menuju Tuban. Di Kota tersebut, Syekh Maulana Maghribi ke tempat sahabatnya yang sama-sama dari Pasai, satu saudara dengan Sunan Bejagung dan Syekh Siti Jenar. Dari kota Tuban, Syekh Maulana Maghribi kemudian melanjutkan pengembaraan syiar agamanya ke Mancingan. Ketika menyebarkan Islam di Mancingan, Syekh Maulana sebenarnya sudah memiliki putra lelaki bernama Jaka Tarub (atau Kidang Telangkas) dari istri bernama Rasa Wulan, adik dari Sunan Kalijaga (R Sahid). Tatkala ditinggal pergi ayahnya, Jaka Tarub masih bayi.

Saat meninggalkan Blambangan, sesungguhnya istri Syekh Maulana Maghribi juga tengah mengandung seorang putra yang kemudian bernama Jaka Samudra. Belakangan hari Jaka Samudra juga menjadi waliullah di Giri, yang bergelar Prabu Satmata atau Sunan Giri.

Sebelum Syekh Maulana Magribi sampai Mancingan, di sana sudah menetap seorang pendeta Budha yang pandai bernama Kyai Selaening. Kediaman pendeta tersebut di sebelah timur Parangwedang. Tempat pemujaan pendeta dan para muridnya di candi yang berdiri di atas Gunung Sentana. Mula-mula Syekh Maulana menyamar sebagai murid Kyai Selaening. Dalam kehidupan keseharian, Syekh Maulana kadang-kadang memperlihatkan kelebihannya pada masyarakat setempat. Lama kelamaan Kyai Selaening mendengar kelebihan yang dimiliki Syekh Maulana Maghribi. Akhirnya Kiai Selaening memanggil Syekh Maulana Maghribi dan ditanya siapa sebenarnya dirinya.

Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Syekh Maulana Maghribi untuk menyampaikan kepada Kyai Selaening tentang ilmu agama yang sebenarnya. Kedua orang tersebut kemudian saling berdebat ilmu. Akan tetapi karena Kyai Selaening tidak mampu menandingi ilmu Syekh Maulana, sejak saat itu Kiai Selaening ganti berguru kepada Syekh Maulana. Kiai Selaening kemudian masuk agama Islam. Pada waktu itu, di padepokan Kyai Selaening sudah ada dua orang putra pelarian dari Kerajaan Majapait yang berlindung di sana yaitu Raden Dhandhun dan Raden Dhandher. Keduanya anak dari Prabu Brawijaya V dari Majapait. Karena Kyai Selaening masuk Islam, dua putra Raja Majapait itu juga kemudian menjadi Islam. Kedua orang itu kemudian berganti nama menjadi Syekh Bela-Belu dan Kyai Gagang (Dami) Aking.

Meski berhasil mengislamkan Kiai Saleaning dan para muridnya, Syekh Maulana tidak segera meninggal Mancingan. Di sana beliau tinggal selama beberapa tahun, membangun padepokan dan mengajarkan agama Islam kepada warga desa. Beliau tinggal di padepokan di atas Gunung Sentono dekat candi. Candi tersebut sedikit demi sedikit dikurangi fungsinya sebagai tempat pemujaan. Hingga meninggal, Kyai Selaening masih menetap di padepokan sebelah timur Parangwedang. Sebelumnya beliau berpesan kepada anak cucunya agar kuburannya jangan diistimekan. Baru tahun 1950-an makam Kiai Selaening dipugar oleh kerabat dari Daengan . Kemudian pada tahun 1961 diperbaiki hingga lebih baik lagi oleh salah seorang pengusaha dari kota.

Sesudah dianggap cukup menyampaikan syiar di sana, Syekh Maulana meninggalkan Mancingan kemudian berpesan agar padepokannya dihidup-hidupkan seperti halnya ketika orang-orang itu menjaga candi. Di padepokan tersebut kemudian orang-orang membuat makam bernisan. Siapa yang ingin meminta berkah Syekh Maulana cukup meminta di depan nisan tersebut, seolah berhadapan langsung dengan beliau. Sesudah dari Mancingan, Syekh Maulana Maghribi atau Syekh Maulana Malik Ibrahim melanjutkan syiar agama Islam ke wilayah Jawa Timur. Setelah meninggal jenazahnya dimakamkan di makam Gapura, wilayah Gresik.

Silsilah Syekh Maulana Maghribi menurunkan raja-raja Mataram: --- Syekh Jumadil Qubro (Persia Tanah Arab) --- Ny Tabirah --- Syekh Maulana Maghribi + Dewi Rasa Wulan, putri Raden Temenggung Wilatikta Bupati Tuban (diperistri Syekh Maulana) ---Jaka Tarub (memperistri Dewi Nawangwulan) --- Nawangsih (memperistri Raden Bondhan Kejawan) --- Kiai Ageng Getas Pendhawa --- Kiai Ageng Sela --- Kiai Ageng Anis/Henis --- Kiai Ageng Pemanahan (Kiai Ageng Mataram) --- Kanjeng Panembahan Senapati --- Kanjeng Susuhunan Seda Krapyak-Kanjeng Sultan Agung Anyakrakusuma-Kanjeng Susuhunan Prabu Amangkurat (Seda Tegalarum)-Kanjeng Susuhunan Paku Buwana I-Kanjeng Susuhunan Mangkurat Jawi-raja-raja Keraton Surakarta, Yogyakarta, Pakualaman, dan Mangkunegaran.

Kendati makam Syekh Maulana di Gunung Sentana bukan tempat jenazah yang sebenarnya, tetapi setiap ada rombongan peziarah Wali Sanga selalu memerlukan ziarah di makam Syekh Maulana Parangtritis. Seperti halnya makam leluhur keraton lainnya, setiap bulan Sya’ban, makam Syekh Maulana Maghribi juga menerima uang dan perlengkapan pemberian dari Keraton Yogyakarta. Setiap tanggal 25 Sya’ban di makam ini diadakan upacra sadranan.

 Sheikh Maulana Maghribi Who was it? Based on a story or chronicle the history of the Kingdom of Demak, Sheikh Maulana Maghribi was an adherent of the religion of Islam from the Arabian Peninsula. He was the propagator of Islam, which has a very high science. Prior to the Demak, he first visited the land of Pasai (Sumatra). A history also says that Maulana Maghribi still descendants of the Prophet Muhammad and the incoming class of Waliullah in Java.Shaykh Maulana Maghribi landed in Java in conjunction with the establishment of the Kingdom of Demak. He came with a goal to Islamize the Javanese. The collapse of the kingdom of Majapahit (milestone last Hindu kingdom in Java) is replaced by the establishment of the Kingdom of Demak supported by the trustees (the pious).After the implementation of good governance in Demak run and the people began to ease, the trustees divide the tasks and the spread of Islam. The first task in the Maghreb Sheikh Maulana Blambangan, East Java. Some time after settling there, Sheikh Maulana Maghribi was married to the daughter of the Duke of Blambangan. But marriage has been running for several months, he was expelled by the Duke Blambangan since the opening of a cover that Sheikh Maulana wanted to broadcast the Islamic religion.After leaving Blambangan, Sheikh Maulana Maghribi then to Tuban. In the city, Sheikh Maulana Maghribi to a friend who are both from Pasai, one brother with Sunan Bejagung and Sheikh Siti Jenar. Of Tuban town, Sheikh Maulana Maghribi then went wandering religious symbols to Mancingan. When the spread of Islam in Mancingan, Sheikh Maulana is already have a son named Jake Tarub man (or roe Telangkas) of Rasa Wulan wife, sister of the Sunan Kalijaga (R Sahid). When his father left to go, Jake Tarub infancy.On leaving Blambangan, actually the wife of Sheikh Maulana Maghribi also have a son who was later named Jake Ocean. Ocean in recent days Jaka also be Waliullah in Giri, who holds the King Satmata or Sunan Giri.Prior to Mancingan Sheikh Maulana Maghreb, there has lived a Buddhist priest named Kyai Selaening clever. The minister's residence on the east Parangwedang. Place of worship the pastor and his disciples in the temple that stood on the Mount Sentana. At first disguised as a disciple of Sheikh Maulana Kyai Selaening. In daily life, Sheikh Maulana sometimes shows its advantages in the local community. Eventually Kyai Selaening hear advantages of Sheikh Maulana Maghribi. Kiai finally Sheikh Maulana Maghribi Selaening called and asked who the real him.The opportunity was used by Sheikh Maulana Maghribi to convey to Kyai Selaening about the actual science of religion. Both men were then arguing the science. But because Kyai Selaening not able to counter the Sheikh Maulana science, since Kiai Selaening replace the Sheikh Maulana studied. Kiai Selaening later converted to Islam. At that time, in the hermitage Kyai Selaening there were two sons of the kingdom Majapait escape the refuge there is Dhandhun and Raden Raden Dhandher. Both are children of the King of the UB V Majapait. Because Kyai Selaening to Islam, the two sons of King Majapait was also later became Islam. Both men were later renamed the Shaykh Bela-Belu and Kyai handle (Dami) aking.Although managed Islamize Saleaning Kiai and his students, Sheikh Maulana Mancingan not immediately die. There he lived for several years, building a hermitage and taught the Islamic religion to villagers. He lived in the hermitage on Mount Sentono near the temple. The temple was gradually reduced its function as a place of worship. To death, Kyai Selaening still living in east Parangwedang hermitage. Previously, he advised his children to his grave not diistimekan. The new tomb in the 1950s Kiai Selaening restored by relatives of Daengan. Then in 1961 improved to better by one of the businessmen of the city.After considered quite convey the greatness there, Sheikh Maulana leave Mancingan then ordered that padepokannya dihidup-turn as it does when the men were keeping the temple. At the hero's mansion then the people who made the grave bernisan. Who wants to ask for blessings of Sheikh Maulana simply ask at the front of the tombstone, as if face to face with him. After of Mancingan, Sheikh Maulana Maghribi or Sheikh Maulana Malik Ibrahim continued greatness of Islam to the region of East Java. After he died his body was buried in the cemetery gate, the Gresik.Sheikh Maulana Maghribi lower genealogy of the kings of Mataram: --- Sheikh Jumadil Qubro (Persian Arab land) --- Ny --- Sheikh Maulana Maghribi Tabirah + Goddess Rasa Wulan, daughter of Prince Regent Tomonggong Wilatikta Tuban (diperistri Maulana Sheikh) - -Jake Tarub (marry Dewi Nawangwulan) --- Nawangsih (marry Prince Bondhan Kejawan) --- --- Pendhawa Getas Ageng Kiai Kiai Kiai Ageng Ageng Anis Selah --- / --- Kiai Ageng Henis archery (Kiai Ageng Mataram) --- Kanjeng Panembahan Senapati --- Kanjeng Susuhunan Krapyak Seda-Kanjeng Sultan Agung Anyakrakusuma-Kanjeng Majesty King Amangkurat (Seda Tegalarum)-His Majesty Kanjeng Paku Buwana I-Kanjeng Susuhunan Mangkurat Jawi-palace of the kings of Surakarta, Yogyakarta, Pakualaman, and Mangkunegaran.Despite the tomb of Sheikh Maulana at Mount Sentana is not the place of real bodies, but every group of pilgrims Wali Sanga always require a pilgrimage at the tomb of Sheikh Maulana Parangtritis. Like the other royal ancestral graves, each month of Ramadhan, the tomb of Sheikh Maulana Maghribi also receive a gift of money and supplies from the Sultan Palace. Every 25th of Sha'ban in the tomb is held upacra sadranan.

0 comments:

Post a Comment


M@M@h YUniawati....... Powered by Blogger.
  1. Menyesali sedalam-dalamnya tindakan dimasa lalu yang keliru, yang tidak bermanfaat dan tidak baik, dan mengembalikan harta orang yang telah diambil secara aniaya. Jika tidak bias mengembalikannya maka mintalah kerelaan dari sang empunya agar menjadi halal (analasa anebataken lampah kang karuhun, kang tanpa gawe, kang tanpa yukti, lawan arep angulihaken artaning wong kinaniaya. Yen tan kawasa angulihaken palampahana halal rewanging asawala, mangkadi i kang linaran atine abcik yang pasunga halal).
Design Downloaded from Free Blogger Templates | Free Website Templates