Get Gifs at CodemySpace.com
funny gifsPerkuat dirimu dengan ikhtiar dan amal Teguhlah dalam sikap tak mementingkan dunia Namun jangan jadikan pengetahuan rohani sebagai tujuan Renungi dalam-dalam dirimu agar niatmu terkabul Kau adalah pancaran kebenaran ilahi Jalan terbaik ialah tidak mamandang selain Dia.

Wednesday, 14 December 2011

Pesan Makrifat


Makrifat Nabi Khidir ketika berpisah dengan Nabi Musa, dia (Musa) berkata, “Berilah aku wasiat”.
Jawab Nabi Khidir :

Wahai Musa, jadilah kamu orang yang berguna bagi orang lain

Janganlah sekali-kali kamu menjadi orang yang hanya menimbulkan kecemasan diantara mereka sehingga kamu dibenci mereka.

Jadilah kamu orang yang senantiasa menampakkan wajah ceria dan janganlah sampai mengerutkan dahimu kepada mereka.

Janganlah kamu keras kepala atau bekerja tanpa tujuan.

Apabila kamu mencela seseorang hanya karena kekeliruannya saja, kemudian tangisi dosa-dosamu, wahai Ibnu Imron!

(Al Bidayah Wan Nihayah juz I hal. 329 dan Ihya’ Ulumuddin juz IV hal. 56).

1. “Wahai Musa”, jadilah kamu seorang yang berguna bagi orang lain.

Sebaik-baiknya manusia yang berguna bagi orang lain karena keberadaannya sangat dibutuhkan dan andaikata dia pergi, mereka merasa kehilangan sehingga yang akan dijadikan panutan tidak ada, dan sebagai penggantinya yang setaraf pun tidak ada.

2. Janganlah sekali-kali kamu menjadi orang yang hanya menimbulkan kecemasan diantara mereka sehingga kamu dibenci mereka.

Kerukunan dan ketentraman lingkungan didambakan disetiap warga. Dan apabila ada seseorang yang membuat resah masyarakat yang menimbulkan kecemasan mereka, kepergiannya tidak akan dinantikan kedatangannya lagi. Dengan kepergiannya, masyarakat merasa tentram, keberadaannya disetiap yang ditempati selalu dibenci dan bahkan diusir.

3. Jadilah kamu orang yang senantiasa menampakkan wajah ceria dan janganlah sampai mengerutkan dahimu kepada mereka.

Muka cemberut dan kusam menunjukkan wajah atau hati sedih dan kurang senang pada keadaan. Terimalah apa adanya dengan senang hati, jalani saja kehidupan ini dengan ketabahan dan sabar, walaupun pahit dirasa. Kejadian apapun yang kita alami, pasti Allah akan memberikan hikmah dan pelajaran dibaliknya. Dengan demikian kesedihan
pun sirna dengan sendirinya, dan wajah kelihatan berseri-seri tampaklah muka ceria.

4. Janganlah kamu keras kepala, atau bekerja tanpa tujuan.

Keras kepala adalah sifat yang harus disingkirkan jauh-jauh, karena bisa mengalahkan sifat-sifat baik lainnya, kalau sifat keras kepala masih mendominasi pada diri yang akibatnya dapat merugikan diri sendiri bekerja pun tak terarah dan sia-sia.

5. Apabila kamu mencela seseorang, hanya karena kekeliruannya saja. Kemudian tangisi dosa-dosamu.

Menyalahkan orang lain atau mencela tidak diperbolehkan oleh Nabi Khidir karena beliau berlandaskan firman Allah dalam surat Al Insyiqaq ayat 19 :

“Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kejadiannya)”.

Manusia diciptakan oleh Allah tingkat demi tingkat, salah satunya tingkat pemahaman belum berubah atau berbeda sebab yang dicela tingkat pemahamannya dibawah yang mencela, logislah yang mencela atau menyalahkan tidak dibenarkan. Orang kelas 3 kok disalahkan oleh orang kelas 5. Seharusnya kelas 5 yang mengalah, dan harus tahu bahwa perbuatan itu kurang benar, segeralah mohon ampun kepada Allah dan jangan diulangi lagi.

Pesan ke Dua.

Diriwayatkan bahwa setelah Khidir mau meninggalkan Nabi Musa, dia (Khidir) berpesan kepadanya :

Wahai Musa, pelajarilah ilmu-ilmu kebenaran agar kamu dapat mengerti apa yang belum kamu fahami, tetapi janganlah sampai kamu jadikan ilmu-ilmu hanya sebagai bahan omongan. (Riwayat Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Asakir).

Faham sesuatu ilmu bukan untuk modal berdebat, menonjolkan sesuatu faham yang berseberangan dan faham yang baru selesai dipelajarinya itu adalah yang paling benar sehingga bangga atas golongannya itu dan mengajak adu argument bahwa dialah yang paling benar sendiri, ini tidak dibenarkan sebab berdebat itu tidak diperbolehkan sebagaimana surat Al Baqarah ayat 139 :

“Katakanlah, apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu, bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada Nya kami mengikhlaskan hati”.

Berseberangan faham yang sudah diyakini tidaklah perlu diusik satu sama lain karena masing-masing sudah kokoh dalam keyakinannya hanya saja ajakan orang-orang yang masih ngambang atau yang belum iman.
Pesan ke tiga.

1. Wahai Musa, sesungguhnya orang yang selalu memberi nasehat itu tidak pernah merasa jemu seperti kejemuan orang-orang yang mendengarkan.

Memberi nasehat kepada orang lain janganlah mengharapkan sesuatu imbalan apapun kecuali ridha Allah dan tugas menyampaikan. Tugas menyampaikan dan mensyiarkan agama Allah adalah tugas setiap umat muslim, firman Allah dalam surat Al Hajj ayat 32 mengatakan :

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati”.

Dan kita sendiri jangan merasa bosan-bosan untuk menengarkan para penceramah itu termasuk tholabul ilmi yang diwajibkan pada setiap muslim, walaupun ilmunya banyak.

2. Maka janganlah kamu berlama-lama dalam menasehati kaummu.

Berilah nasehat singkat, padat, berisi dan yang penting tidak membosankan.

3. Dan ketahuilah bahwa hatimu itu ibarat sebuah bejana yang harus kamu rawat dan pelihara dari hal-hal yang bisa memecahkannya.

Iman didalam hati belum tentu sudah kokoh tanpa djaga dan dirawat dan dipelihara karena lapisan luar hati masih dipenuhi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak ke arah perbuatan yang kurang baik. Maka dari itu waspadalah dalam menjaga hati jangan sampai hati terpengaruh dari hasutan syaitan yang cara penyusupan penyerangannya lewat hawa nafsu. Begitu hati sudah terkena pengaruh hawa nafsu pecahlah hati ini. Dan hati-hatilah dalam menjaganya.

4. Kurangilah usaha-usaha duniawimu dan buanglah jauh-jauh dibelakangmu, karena dunia ini bukanlah alam yang akan kamu tempati selamanya.

Dunia yang kita tempati ini tidaklah selamanya kita tempati dan setelah selesai hidup kitapun pindah di alam lain, maka kumpulkan amal kebajikan untuk modal menuai di akhirat nanti. Jangan buang-buang tempo, tanamlah amalmu untuk menggapai kebahagiaan di alam akhirat, apabila tidak ditanami amal kebajikan apa yang diambil disana kita akan rugi di dunia dan di akhirat. Waktu kita di dunia hanya sebentar, tidaklah lama sebagaimana keterangan surat An Naziyat ayat 46 :

“Pada hari mereka melihat hari kebangkitan itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) diwaktu sore atau di pagi hari”.

5. Kamu diciptakan adalah untuk mencari tabungan pahala-pahala akhirat nanti.

Semua makhluk yang bernama manusia beramar ma’ruf nahi munkar. {Walijo dot Com.}Mengerjakan amal yang baik untuk bekal di akhirat serta mencegah hal yang munkar untuk diri sendiri dan dilanjutkan kepada orang lain yang menjalani hal yang munkar yang dilarang.

6. Bersikap ikhlaslah dan bersabar hati menghadapi kemaksiatan yang dilakukan kaummu.

Sabar dalam menghadapi kemaksiatan dilingkungannya, ini bukan berarti diam tetapi sabar dalam bentuk berusaha mencegah dan menggantikan dengan perbuatan yang baik. Apabila mengalami kesulitan, bersabarlah, mencari solusinya dan jalan keluar yang baik.

7. Hai Musa, tumpahkanlah seluruh pengetahuan (ilmu) mu, karena tempat yang kosong akan terisi oleh ilmu yang lain.

Kewajiban manusia yang berilmu untuk membagi ilmunya kepada orang lain yang membutuhkan, bukan ilmu yang diberikan kepada orang lain itu habis tetapi malah sebaliknya justru bertambah banyak. Apa sebabnya?. Karena, ilmu yang kita berikan kepada orang lain dengan ikhlas dan ridha, Allah pun ridha menambah ilmu Nya kepada orang tersebut.

8. Janganlah kamu banyak mengomongkan ilmumu itu, karena akan dipisahkan oleh kaum ulama’.

Membicarakan ilmu yang sudah dicapai dengan predikat ilmu mukasyafah dengan orang yang diluar kelompoknya yang masih dibawah jauh dari ilmu yang dicapai, maka akan terjadi kurang baik bagi dirinya juga bagi orang lain. Pendapat mengenai hal ini, Imam Al Ghozali mengatakan, Pengetahuan-pengetahuan yang begini yang hanya boleh dikemukakan melalui isyarat, tidak diperkenankan untuk diketahui setiap manusia. Begitulah halnya dengan orang yang berpengetahuan tersebut tersingkap padanya, dia tidak boleh mengungkapkannya kepada orang yang pengetahuan tersebut tidak tersingkap atasnya. (Sufi dari Z.Z. hal. 181).

9. Maka bersikaplah sederhana saja, sebab sederhana itu akan menghalangi aibmu dan akan membukakan taufiq hidayah Allah untukmu.

Menjalani kehidupan dengan kesederhanaan ini berartisudah meninggalkan kehidupan keterikatan dengan keduniawian. Banyak tokoh-tokoh Sufi yang tadinya hidup dalam kemewahan ditinggalkannya untuk hidup dalam kesederhanaan. Dengan hidup sederhana hatinya tidak disibukkan dengan harta. Ibadah kepada Allah lebih tenang dan khusu’, dalam pendekatannya kepada Allah serasa tak mengalami kesulitan.

10. Berantaslah kejahilanmu dengan cara membuang sikap masa bodohmu (ketidak pedulian) yang selama ini menyelimutimu.

Menahan dan menyingkirkan sifat-sifat yang kurang baik bukan main susahnya kalau tidak dilandasi dengan dzikir kalbu, sebab dzikir kalbu dapat mengikis sifat-sifat yang kurang baik yang sekian lama membelenggu diri. Dengan dzikrullah yang dikerjakan di kalbu, disamping menghilangkan sifat-sifat yang kurang baik, sifat-sifat yang baik pun menguasai diri dan menambah ketenangan dan ketentraman hati.{Walijo dot Com.} 11. Itulah sifat orang-orang arif dan bijaksana, menjadi rahmat bagi semua. Orang-orang arif identik dengan orang-orang Sufi, orang-orang Sufi kebanyakan adalah para wali Allah yang menjadi rahmat bagi semua orang. 12. Apabila orang bodoh datang kepadamu dan mencacimu, redamlah ia dengan penuh kedewasaan serta keteguhan hatimu. Meredam kemarahan orang yang memarahi di awali melatih penahanan hawa nafsu dan meredam keinginan hawa nafsu yang ingin bergolak. Setelah mampu meredam hawa nafsu, meredam amarah orang lain dengan kelembutan sifat dan keteguhan hati.{Walijo dot Com.} 13. Hai putra Imron, kamu sadari bahwa ilmu Allah yang kamu miliki hanya sedikit. Ilmu yang dipunyai manusia itu hanya sedikit, itupun Allah lah yang memberinya sedangkan ilmu yang Allah miliki tak terhingga sebagaimana di surat Luqman 27: “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. 14. Sesungguhnya menutup-nutupi kekurangan yang ada pada dirimu atau bersikap sewenang-wenang adalah menyiksa diri sendiri. Menutupi kekurangan diri sendiri juga sama dengan menutup diri yang tidak mau menerima dari luar diri. Akhirnya kebodohan yang didapatkan sebaiknya sifat terbuka atau keterbukaan dari segala hal akan terbukalah hal-hal yang tersembunyi. Termasuk dapat terbukanya ilmu Allah maka jangan tutupi dirimu, terbukalah.{Walijo dot Com.} 15. Janganlah kamu buka ilmu ini jika kamu tidak bisa menguncinya. Jangan pula kamu kunci pintu ilmu ini jika tidak tahu bagaimana membukanya, hai putra Imron. Membuka ilmu adalah tugas seorang guru, mursyid, atau pembimbing. Jadi beliau sudah mampu membuka dan menutup ilmu. Kenapa ilmu yang sudah dijalani oleh seorang murid ditutup?, disebabkan si murid ada kesalahan besar yang sudah tidak dapat diajak memperbaiki untuk meluruskan pelajaran ilmunya. Makanya harus ditutup, supaya dibelakang hari tidak ada permasalahan yang lebih besar lagi. Kalau tidak tahu cara menutup ilmu, jangan sekali-kali membukanya walau tahu cara membuka ilmu tersebut, sebab kalau nanti ada konflik dikemudian hari tidak akan merepotkan. Bisa saja ilmu yang baik ini diselewengkan. 16. Barang siapa yang menepuk-nepuk harta benda, dia sendiri bakal mati tertimbun dengannya hingga dia merasakan akibat dari kerakusannya itu. Sebagaimana kisah kerakusannya siKorun, dia seorang yang tamak terhadap harta tidak dipergunakan untuk perjuangan agama Allah, sehingga dia tertimbun hartanya. 17. Namun, semua hamba yang selalu mensyukuri karunia Allah serta memohon kesabaran atas ketentuan-ketentuan Nya, dialah hamba yang zuhud dan patut diteladani.{Walijo dot Com.} Orang-orang yang pandai mensyukuri nikmat Allah dan jangan dlolim atas nikmat pemberian Nya. Andai kata kita tidak mau mensyukuri nikmat atas pemberian dari Nya, Allah pun murka sebagaimana diterangkan dalam surat Ibrahim ayat 34 : “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluan) dari segala apa yang kamu pohonkan kepada Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. Juga sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Muslim mengatakan : “Dari Abi Yahya Shuhaib bin Sinan ra. berkata : Bersabda Rasulullah saw. sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin sebab segala keadaannya untuk ia sangat baik dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi seorang mukmin, jika mendapat nikmat ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya dan bila menderita kesusahan ia bersabar, maka sabar itu lebih baik baginya”.{Walijo dot Com.} Dengan meninggikan sifat sabar serta mau menerima ketentuan-ketentuan yang baik bersyukur atas nikmat dari Nya, dan menerima ketentuan yang jelek diterimanya dengan ikhlas yang didasari dengan kesabaran, dan mohon pertolongan Nya. 18. Bukankah orang yang seperti itu mampu mengalahkan nafsu syahwatnya dan dapat memerangi bujuk rayu syaitan? Syaitan membujuk manusia sejak Nabi Adam as. diciptakan di surga, dia iri dengan Nabi Adam karena Nabi Adam diciptakan lebih sempurna dari dia, bahkan dia (iblis) disuruh bersujud kepada Nabi Adam tidak mau sebab menurut dia, dia lebih dahulu dan lebih tinggi dari Nabi Adam sa. karena dia tercipta dari api. Dengan tidak maunya iblis bersujud kepada Nabi Adam, diusirlah dia oleh Allah dari surga, dan disuruh menempati neraka selamanya. Iblis mau menerima itu tapi dia masih meminta tangguh dan dalam penangguhan itu meminta lagi untuk menggoda anak cucu Nabi Adam as. Dan hanya yang ikhlaslah iblis tidak dapat menggoda, sebagaimana firman Allah di surat Al Hijr ayat 30 – 42 : 30. Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama. 31. Kecuali iblis, ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang bersujud itu. 32. Allah berfirman : Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut bersujud) bersama-sama mereka yang bersujud itu? 33. Berkata iblis : Aku sekali-kali akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptaka dari tanah liat kering (yang berasal) dari Lumpur hitam yang diberi bentuk. 34. Allah berfirman : Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk. 35. Dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat. 36. Berkata iblis : Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan. 37. Allah berfirman : (kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh. 38. Sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan. 39. Iblis berkata : Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) dimuka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka. 40. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara mereka. 41. Allah berfirman : Inilah jalan yang lurus, kewajiban Aku lah (menjaganya). 42. Sesungguhnya hamba-hamba Ku tidak ada kuasa kekuasaan bagimu terhadap mereka kecuali orang-orang yang mengikuti kamu yaitu orang-orang yang sesat. 19. Dan Dia pula orang yang mengetam buah dari ilmu yang selama ini dicarinya. Sabda Rasulullah saw. dari Abu Darda ra. mengatakan : Barang siapa yang melalui suatu jalan untuk menuntut ilmu Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Dan para malaikat selalu meletakkan sayapnya untuk menaungi orang-orang yang menuntut ilmu, karena senang dengan apa yang mereka lakukan. Dan bagi orang-orang yang alim, dimintakan ampun untuknya oleh penduduk langit dan bumi serta oleh ikan-ikan yang ada di air. Dan keutamaan orang alim terhadap ahli ibadah (yang tidak memiliki ilmu) adalah bagaikan kelebihan sinar bulan atas bintang-bintang lainnya. Dan sesungguhnya ulama’ adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham (kekayaan dunia), akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang mengambil ilmu itu, berarti ia telah mengambil bagian yang sempurna. (HR. Dawud Tirmidzi). (Pesan-Pesan Rasulullah hal. 167- 168).{Walijo dot Com.} 20. Segala amal kebajikannya akan dibalas dengan pahala di akhirat. Sekecil apapun amal kebajikan yang kita kerjakan di dunia, Allah akan membalasnya karena di dunia ini kita diwajibkan menanam amal sebanyak-banyaknya, surat Az Zalzalah ayat 7 menerangkan : “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya”. 21. Sedangkan kehidupan dunianya akan tentram ditengah-tengah masyarakar yang merasakan jasanya. Jasa seorang pahlawan dikenang sepanjang masa oleh takyat. Jasa apa yang diberikan oleh pahlawan R.A. Kartini rakyatnya pada tiada lain hanya cita-cita luhurnya yaitu memerangi kebodohan kaum wanita dan hak kesamaan derajat dengan laki-laki. Dan cita-citanya masih berwujud tulisan-tulisan yang belum tersalurkan dan yang meneruskan generasi penerusnya. Sekarang apa yamh kita berikan kepada masyarakat dalam masa kita hidup ini supaya berguna, walau hanya secoret kalimat untuk merubah kalbu agar berdzikir kepada Allah.{Walijo dot Com.} 22.Hai Musa, pelajarilah olehmu ilmu-ilmu pengetahuan agar kamu dapat mengetahui segala yang belum kamu ketahui, misalnya masalah-masalah yang tidak bisa diomongkan atau dijadikan bahan pembicaraan saja. Ilmu yang tidak bisa diomongkan itu ada beberapa macam antara lain penyampaiannya memakai bahasa isyarat, bahasa gerak, bahasa perlambang, bahasa kias, dan bahasa simbolis. Ada juga yang memakai bahasa kalbu, ada lagi cara penyampaiannya lewat mimpi dan yang setengah sadar. Menerima pelajaran seperti itu semua memang tidak bisa diomongkan kepada orang yang belum bisa memahaminya. Mempelajari ilmu yang seperti itu dimulai dengan dzikir kalbu dan menghidupkan perasaan antara lain, perasaan lahiriyah / fisik, perasaan akal / otak, perasaan kalbu / hati, serta menghidupkan perasaan indra-indra dhohiriyah maupun indra-indra batiniyah. 23. Itulah penuntun jalanmu dan orang-orang akan disejukkan oleh hatimu.

Menjadi seorang penuntun yang diawali dari dituntun oleh seorang yang sudah ahlinya. Karena kita ini ditunggu oleh mereka maka persiapkan dirimu untuk mereka. Sebab keberadaan sang penuntun ditengah-tengah mereka hatinya merasa tentram.

24. Hai Musa putra Imron, jadikanlah pakaianmu bersumber dari dzikir dan fakir serta perbanyaklah amal kebajikan.

Pakaian taqwa adalah yang paling baik untuk dipakai, dzikir adalah sarana pokok dalam kekokohan taqwa, buahnya dzikir itu bertafakkur. Ketafakkuran menghasilkan perenungan yang di amalkan dalam keseharian berbakti kepada Allah swt.

25. Suatu hari kamu tidak dapat mengelak dari kesalahan, maka pintalah ridha Allah dengan berbuat kebajikan, karena pada saat-saat tertentu akalmu pasti melanggar larangan Nya.

Ketentuan Allah apapun adanya manusia tidak dapat mengelak apakah benar atau pun salah, walau anggapan kita benar tetapi ketentuan Nya lah yang paling benar. Sebagaimana misal Nabi Adam as. sudah diperingatkan oleh Allah bahwa dia berdua dilarang mendekati pohon khuldi. Tetapi apa yang terjadi? Nabi Adam dan istrinya memakan buah khuldi atas bujuk rayu iblis yang pada akhirnya Nabi Adam dan istrinya menjalankan kesalahan karena melanggar larangan Allah. Maka pintalah ridha kepada Nya dengan berbuat kebajikan untuk menebus kesalahan yang dilanggarnya. Dengan demikian Allah akan mengampuni segala dosa yang diperbuat dan diberi petunjuk untuk langkah berikutnya. Kenapa Nabi Khidir memperingatkan dengan nada kontra versi, disisi lain disuruh menjalankan kebaikan suatu sisi memvonis kesalahan harus terjadi, ironisnya akal masih melanggar larangan Nya. Sampai kapanpun akal manusia tak akan mampu mencapai kehendak Allah. Akal manusia kalau sudah di tahapan ini jangan digunakan, yang dipakai adalah akal kalbu, bahkan kalau masih sulit diredam saja sehingga yang muncul adalah kehendak Nya sesuai dengan Nabi Khidir, apa yang diperbuat bukanlah keinginannya tetapi sudah menjadi kehendak Allah. Sebab apabila masih dalam pemikiran akal / otak manusia, sesuatu yang menjadi rahasia Nya tidak akan ditampakkan. Tampaknya rahasia Allah atas tersingkapnya hijab-hijab yang selalu menyelimuti dalam penglihatan kalbu.
26. Sekarang telah kupenuhi kehendakmu untuk memberi pesan-pesan kepadamu.
27. Omonganku ini tidak akan sia-sia apabila kamu mau menurutinya.

Setelah itu Khidir meninggalkan Nabi Musa yang duduk termenung dalam tangis kesedihan. (Dikutib dari buku Kisah Khidir dan 9 Tokoh Sufi oleh ABU KHALID MA. Pustaka Agung Surabaya).
Andaikata kita baca sekali lagi pesan-pesan Nabi Khidir, akan ditujukan kepada diri kita sendiri apa yang kita rasakan dan apa yang kita lakukan terhadap pesan-pesan itu. sengaja pesan-pesan itu diberi nomor dari kalimat per kalimat supaya mudah untuk menjelaskan dari pesan-pesan itu.
Untuk dapat melaksanakan pesan-pesan Nabi Khidir as. ini membutuhkan waktu dan penelaahan yang serius serta memakai kaca mata batin yang paling dalam serta pemahaman tersendiri.

Ajaran dan Jati dirinya


Nabi Khidir merupakan orang yang sangat khusus, karena beliau adalah salah satu hamba Allah yang ditunda kematiannya dan masih diberi rejeki. Selain itu beliau diutus untuk memberi pelajaran Makrifat kepada Para Wali, para Sufi, maupun kepada orang yang dengan tekun mendekatkan diri kepada Allah.

Nabi Khidir as mengajarkan ilmu tentang Makrifat, ada yang menyebutkan Nabi Khidir juga mengajarkan ilmu Laduni. Banyak orang yang ingin bertemu dengan Nabi Khidir , terutama para penganut Tarikat, ataupun mereka yang ingin berguru kepada beliau. Kesalahan terbesar mereka adalah karena mereka ingin bertemu, seharusnya jangan punya keinginan untuk bertemu, biarkanlah beliau yang menemui kita. Buku Rahasia Makrifat Nabi Khidir as. (M. Ali, Penerbit Oase Bandung 2009) {Walijo dot Com}

Dalam beberapa riwayat, Nabi Khidir memiliki Ciri-ciri fisik yang tidak dimiliki oleh orang lain, yaitu: jempol tangan kanan tidak bertulang, beliau selalu membawa tongkat, perawakan beliau lebih tinggi dari kebanyakan kita.

Al-Khiḍr (Arab:الخضر, Khaḍr, Khaḍer, al-Khaḍir) keterangan mengenai beliau terdapat dalam Al Quran Surah Al-Kahfi ayat 65-82. dan beberapa hadist.

“Mystical Dimensions of Islam”, oleh penulis Annemarie Schimmel, Khidr dianggap sebagai salah satu nabi dari empat nabi dalam kisah Islam dikenal sebagai ‘Sosok yang tetap Hidup’ atau ‘Abadi’. Tiga lainnya adalah Idris (Enoch), Ilyas (Elias), dan Isa (Jesus).

Nabi Khidir abadi karena ia dianggap telah meminum air kehidupan. Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa Nabi Khidir adalah masih sama dengan seseorang yang bernama Elia. Ia juga diidentifikasikan sebagai St. George. Diantara pendapat awal para cendikiawan Barat, Rodwell menyatakan bahwa “Karakter Khidr dibentuk dari Jethro.”
Dalam kisah literatur Islam, satu orang bisa bermacam-macam sebutan nama dan julukan yang telah disandang oleh Khidr. Beberapa orang mengatakan Khidr adalah gelarnya; yang lainnya menganggapnya sebagai nama julukan. Khidr telah disamakan dengan St. George, dikenal sebagai “Elijah versi Muslim” dan juga dihubungkan dengan Pengembara abadi.

Para cendikiawan telah menganggapnya dan mengkarakterkan sosoknya sebagai orang suci, nabi, pembimbing nabi yang misterius dan lain lain. {Walijo dot Com}

Al-Khiḍr secara harfiah berarti ‘Seseorang yang Hijau’ melambangkan kesegaran jiwa, warna hijau melambangkan kesegaran akan pengetahuan “berlarut langsung dari sumber kehidupan.” Dalam situs Encyclopædia Britannica, dikatakan bahwa Khidr memiliki sebuah nama, yang paling terkenal adalah Balyā bin Malkān.

Menurut Syaikh Imam M. Ma’rifatullah al-Arsy, Segitiga Bermuda merupakan tempat titik terujung di dunia ini. Ditengah kawasan itu terdapat sebuah telaga yang airnya dapat membuat siapa saja yg meminumnya menjadi panjang umur, ditempat itu pula Khidr bertahta sebagai penjaga sumber air kehidupan tersebut. {Walijo dot Com}
Teguran Allah kepada Musa

Kisah Musa dan Khiḍr dituturkan oleh Al-Qur’an dalam Surah Al-Kahfi ayat 65-82. Menurut Ibnu Abbas, Ubay bin Ka’ab menceritakan bahwa beliau mendengar nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya pada suatu hari, Musa berdiri di khalayak Bani Israil lalu beliau ditanya, “Siapakah orang yang paling berilmu?” Jawab Nabi Musa, “Aku” Lalu Allah menegur Nabi Musa dengan firman-Nya, “Sesungguhnya di sisi-Ku ada seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu daripada kamu.”

Lantas Musa pun bertanya, “Wahai Tuhanku, dimanakah aku dapat menemuinya?” Allah pun berfirman, “Bawalah bersama-sama kamu seekor ikan di dalam sangkar dan sekiranya ikan tersebut hilang, di situlah kamu akan bertemu dengan hamba-Ku itu.” Sesungguhnya teguran Allah itu mencetuskan keinginan yang kuat dalam diri Nabi Musa untuk menemui hamba yang shalih itu. Di samping itu, Nabi Musa juga ingin sekali mempelajari ilmu dari Hamba Allah tersebut.

Nabi Musa kemudiannya menunaikan perintah Allah itu dengan membawa ikan di dalam wadah dan berangkat bersama-sama pembantunya yang juga merupakan murid dan pembantunya, Yusya bin Nun.

Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah batu dan memutuskan untuk beristirahat sejenak karena telah menempuh perjalanan cukup jauh. Ikan yang mereka bawa di dalam wadah itu tiba-tiba meronta-ronta dan selanjutnya terjatuh ke dalam air. Allah SWT membuatkan aliran air untuk memudahkan ikan sampai ke laut. Yusya` tertegun memperhatikan kebesaran Allah menghidupkan semula ikan yang telah mati itu.

Selepas menyaksikan peristiwa yang sungguh menakjubkan dan luar biasa itu, Yusya’ tertidur dan ketika terjaga, beliaulupa untuk menceritakannya kepada Musa Mereka kemudiannya meneruskan lagi perjalanan siang dan malamnya dan pada keesokan paginya,

Ibn `Abbas berkata, “Nabi Musa sebenarnya tidak merasa letih sehingga baginda melewati tempat yang diperintahkan oleh Allah supaya menemui hamba-Nya yang lebih berilmu itu.” Yusya’ berkata kepada Nabi Musa,

“Tahukah guru bahwa ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak lain yang membuat aku lupa untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu kembali masuk kedalam laut itu dengan cara yang amat aneh.” (Surah Al-Kahfi : 63)

Musa segera teringat sesuatu, bahwa mereka sebenarnya sudah menemukan tempat pertemuan dengan hamba Allah yang sedang dicarinya tersebut. Kini, kedua-dua mereka berbalik arah untuk kembali ke tempat tersebut yaitu di batu yang menjadi tempat persinggahan mereka sebelumnya, tempat bertemunya dua buah lautan. {Walijo dot Com}

Musa berkata, “Itulah tempat yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (Surah Al-Kahfi : 64)

Terdapat banyak pendapat tentang tempat pertemuan Musa dengan Khidir. {Walijo dot Com} Ada yang mengatakan bahwa tempat tersebut adalah pertemuan Laut Romawi dengan Parsia yaitu tempat bertemunya Laut Merah dengan Samudra Hindia. Pendapat yang lain mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di tempat pertemuan antara Laut Roma dengan Lautan Atlantik. Di samping itu, ada juga yang mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di sebuah tempat yang bernama Ras Muhammad yaitu antara Teluk Suez dengan Teluk Aqabah di Laut Merah.
Persyaratan belajar

{Walijo dot Com} Setibanya mereka di tempat yang dituju, mereka melihat seorang hamba Allah yang berjubah putih bersih. Nabi Musa pun mengucapkan salam kepadanya. Khidir menjawab salamnya dan bertanya, “Dari mana datangnya kesejahteraan di bumi yang tidak mempunyai kesejahteraan? Siapakah kamu” Jawab Musa, “Aku adalah Musa.” Khidir bertanya lagi, “Musa dari Bani Isra’il?” Nabi Musa menjawab, “Ya. Aku datang menemui Tuan supaya Tuan dapat mengajarkan sebagian ilmu dan kebijaksanaan yang telah diajarkan kepada Tuan.”

Khidir menegaskan, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar bersama-samaku.” (Surah Al-Kahfi : 67) “Wahai Musa, sesungguhnya ilmu yang kumiliki ini ialah sebahagian daripada ilmu karunia dari Allah yang diajarkan kepadaku tetapi tidak diajarkan kepadamu wahai Musa. Kamu juga memiliki ilmu yang diajarkan kepadamu yang tidak kuketahuinya.”
Nabi Musa berkata, “Insya Allah tuan akan mendapati diriku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentang tuan dalam sesuatu urusan pun.” (Surah Al-Kahfi : 69)

Dia (Khidir) selanjutnya mengingatkan, “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun sehingga aku sendiri menerangkannya kepadamu.” (Surah Al-Kahfi : 70)
Perjalanan Khidr dan Musa

Nabi Musa mengikuti Nabi Khidir dan terjadilah, peristiwa yang menguji diri Musa yang telah berjanji bahwa Nabi Musa tidak akan bertanya mengenai sesuatu tindakan Nabi Khidir. Setiap tindakan Nabi Khidir a.s. itu dianggap aneh dan membuat Nabi Musa terperanjat.

Peristiwa ketika Nabi Khidir menghancurkan perahu yang mereka ditumpangi . Nabi Musa bertanya kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir mengingatkan akan janji Nabi Musa, dan Nabi Musa meminta maaf karena lalai mengingkari janji untuk tidak bertanya mengenai tindakan Nabi Khidir.

{Walijo dot Com} Ketika mereka tiba di suatu daratan, Nabi Khidir membunuh bocah yang sedang bermain dengan teman sebayanya. Dan lagi-lagi Nabi Musa bertanya kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir kembali mengingatkan janji Nabi Musa, dan beliau diberi kesempatan terakhir untuk tidak bertanya-tanya terhadap yang dilakukan oleh Nabi Khidir, jika masih bertanya lagi maka Nabi Musa harus rela untuk tidak mengikuti perjalanan bersama Nabi Khidir.

Mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai disuatu Perkampungan. Sikap penduduk Kampung itu tidak bersahabat dan tidak mau menerima kehadiran mereka, hal ini membuat Nabi Musa merasa kesal terhadap penduduk itu. Setelah dikecewakan oleh penduduk, Nabi Khidir malah menyuruh Nabi Musa untuk memperbaiki tembok suatu rumah yang rusak . Nabi Musa tidak kuasa untuk bertanya terhadap sikap Nabi Khidir ini.

Akhirnya Nabi Khidir menegaskan pada Nabi Musa bahwa beliau tidak dapat menerima Nabi Musa untuk menjadi muridnya dan Nabi Musa tidak diperkenankan untuk terus melanjutkan bersama dengan Nabi Khidir.

Nabi Khidir menguraikan mengapa beliau melakukan hal-hal yang membuat Nabi Musa bertanya.

Nabi Idris a.s


(sekitar 4533-4188 SM) adalah salah seorang rasul yang diberikan tugas untuk menyampaikan risalah kepada kaumnya. Nabi Idris diberikan hak kenabian oleh Allah setelah Nabi Adam dan Nabi Shiyth.

Dikatakan bahwa Nabi Idris lahir dan tinggal di Babil, Iraq, untuk berdakwah kepada kaumnya yang bernama Zuriat Qabil dan Memphis. Sedangkan beberapa kisah menyebutkan, Nabi Idris lahir di daerah Munaf, Mesir. Namanya disebutkan beberapa kali dalam Al-Qur’an.

Dalam “Kisah Menakjubkan 25 Nabi”, Nabi Idris memiliki nama asli Akhnukh. Dinamakan Idris karena Beliau selalu mempelajari mushaf-mushaf Nabi Adam dan Nabi Shiyth. Beliau juga dijuluki sebagai “Asadul asad” (Singa dari segala singa) karena keberanian dan kegagahannya. Menurut buku berjudul The Prophet of God Enoch: Nabiallah Idris, Idris adalah sebagai sebutan atau nama Arab bagi Akhnukh, nenek moyang Nabi Nuh.

Dikatakan bahwa asal mula nama Idris berasal dari kosa kata bahasa Arab, “darasa” yang memiliki arti belajar. Ia dinamakan demikian karena ia banyak sekali mempelajari ilmu, dikatakan juga ia sebagai yang menjadi orang pertama yang menjahit pakaian dan mengenakan pakaian yang dijahit. Ia dianggap pula sebagai penemu tulisan dan alat tulisnya. Akan tetapi menurut Az-Zamakhsyari menyatakan bahwa kata Idris bukan nama yang berasal dari Arab.

Sedangkan di dalam kisah lain, Idris diberi nama Hurmus al-Haramisah.

Nabi Idris adalah keturunan keenam dari Adam, silsilah lengkapnya adalah sebagai berikut, Idris bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Anusy bin Syits bin Adam. Menurut kitab tafsir, ia hidup 1.000 tahun setelah Nabi Adam wafat.

Nabi Idris dianugerahi kepandaian dalam berbagai disiplin ilmu dan kemahiran, serta kemampuan untuk menciptakan alat-alat untuk mempermudah pekerjaan manusia. Dalam beberapa kisah dikatakan bahwa Nabi Idris sebagai nabi pertama yang mengenal tulisan, menguasai berbagai bahasa, ilmu perhitungan, ilmu alam, astronomi, dan lain sebagainya. Menurut suatu kisah, terdapat suatu masa di mana kebanyakan manusia akan melupakan Allah sehingga Allah menghukum manusia dengan bentuk kemarau yang berkepanjangan. Nabi Idris pun turun tangan dan memohon kepada Allah untuk mengakhiri hukuman tersebut. Allah mengabulkan permohonan itu dan berakhirlah musim kemarau tersebut dengan ditandai turunnya hujan.

Nabi Idris diperkirakan bermukim di Mesir di mana ia berdakwah untuk menegakkan agama Allah, mengajarkan tauhid, dan beribadah menyembah Allah serta memberi beberapa pendoman hidup bagi pengikutnya supaya selamat dari siksa dunia dan akhirat.

Ia dinyatakan di dalam Al-Quran sebagai manusia pilihan Allah sehingga Dia mengangkatnya ke langit. Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya meriwayatkan bahwa Nabi Idris wafat saat beliau sedang berada di langit keempat ditemani oleh seorang malaikat. Ia hidup sampai usia 82 tahun.

al Qur’an

Terdapat empat ayat yang berhubungan dengan Nabi Idris dalam Al-Qur’an, dimana ayat-ayat tersebut saling terhubung di dalam Surah Maryam (Maryam) dan Surah Al-Anbiya’ (Nabi-nabi).
“ Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (Qur’an 19:56-57) ”
“ Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. Kami telah memasukkan mereka kedalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh.” (Qur’an 21:85-86) ”

al Hadits

Dalam sebuah hadits, Idris disebutkan sebagai salah seorang dari nabi-nabi pertama yang berbicara dengan Muhammad dalam salah satu surga selama Mi’raj.

Diriwayatkan dari Abbas bin Malik: … Gerbang telah terbuka, dan ketika aku pergi ke surga keempat, disana aku melihat Idris. Jibril berkata (kepadaku). ‘Ini adalah Idris; berilah dia salammu.’ Maka aku mengucapkan salam kepadanya dan ia mengucapkan salam kepadaku dan berkata. ‘Selamat datang, wahai saudaraku yang alim dan nabi yang saleh.; … Sahih Bukhari 5:58:227

Idris dipercayai sebagai seorang penjahit berdasarkan hadits ini:

Ibnu Abbas berkata, “Daud adalah seorang pembuat perisai, Adam seorang petani, Nuh seorang tukang kayu, Idris seorang penjahit dan Musa adalah penggembala.” (dari al-Hakim)

Nabi Khidir as


Nabi Khidir as Hadir Ketika Rosullullah wafat. Ibnu Mash’ud berkata: “Ketika Rosulullah saw telah mendekati ajalnya, beliau mengumpulkan kami sekalian dikediaman ibu kita Siti Aisyah, kemudian beliau memperhatikan kami sekalian sehingga berderrailah air matanya dan bersabda: “Selamat datang bagi kamu sekalian dan mudah-mudahan kamu sekalian dibelas kasihani oleh Allah, saya berwasiat agar kamu sekalian bertaqwa kepada Allah serta mentaatiNya. Sungguh telah dekat hari perpisahan kita dan telah dekat pula saat hamba yang dikembalikan pulang kepada Allah ta’ala dan menemui surgaNya. Kalau sudah datang saat ajalku, hendaklah Aly yang memandikan, Fadhal bin Abas yang menuangkan air, dan Usamah bin Zaid yang menolong keduanya, kemudian kafanilah aku dengan pakaianku sendiri, bila kamu sekalian menghendaki, atau dengan kain Yaman yang putih; Kalau kamu sekalian memandikan aku, maka taruhlah aku diatas balai tempat tidurku dirumahku ini, dekat dengan lobang lahatku. Sesudah itu keluarlah kamu sekalian barang sesaat meninggalkan aku. Pertama-tama yang mensholati aku ialah Allah Aza wajalla, kemudian malaikat Jibril, kemudian malaikat Isrofil, malaikat Mikail, kemudian malaikat Izroil dan beserta para pembantunya, selanjutnya semua para malaikat. Sesudah itu masuklah kamu sekalian dengan berkelompok-kelompok dan lakukan sholat untukku.”
Setelah mereka mendengarkan ucapan perpisahan Nabi Muhammad saw, mereka para sahabat menjerit dan menangis seraya berkata, “Wahai Rosullullah, Engkau adalah seorang Utusan untuk Kami sekalian , menjadi kekuatan dalam pertemuan Kami dan sebagai penguasa yang mengurus perkara Kami, bila mana Engkau telah pergi dari Kami, kepada siapakah Kami kembali dalam segala persoalan?”
Rosullullah bersabda,”Telah kutinggalkan kamu sekalian pada jalan yang benar dan diatas jalan yang terang dan telah kutinggalkan pula untuk kamu sekalian dua penasehat yang satu pandai bicara yang satunya diam saja, yang pandai bicara adalah al-Qur’an dan yang diam adalah ajal atau kematian. Apabila ada persoalan yang sulit bagimu, maka kembalilah kamu sekalian kepada Al-Qur’an dan kepada sunnah. Dan kalau hati kamu keras membatu maka lunakkan dia dengan mengambil tamsil ibarat dari hal ihwal mati.
Sesudah itu maka Rosullullah saw menderita sakit mulai akhir bulan Shafar selama delapan belas hari. Para sahabat pun menengok silih berganti. Sedang penyakit yang diderita mulai hari pertama sehingga akhir hayatnya ialah pusing kepala.
Rosullullah mulai menjadi Rosullullah pada hari senin dan wafat juga pada hari senin. Tatkala pada hari senin, penyakit beliau bertambah berat. Maka setelah Bilal selesai adzan subuh, dia pergi menghampiri pintu rumah Rosullullah saw sambil mengucapkan salam, “Assalamu alaika ya Rosullullah!” Siti Fatimah menjawab, “ Rosullullah masih sibuk dengan dirinya sendiri” Bilal terus kembali masuk ke Masjid, dia tidak memahami kata-kata Fatimah. Ketika waktu subuh makin terang, Bilal datang lagi menghampiri pintu rumah Rosullullah saw dan salam seperti semula. Rosullullah mendengar suara Bilal itu, maka beliau bersabda: ‘’ Masuklah hai Bilal, aku masih sibuk terhadap diriku sendiri dan penyakitku rasanya bertambah berat. Maka suruhlah Abu Bakar agar sholat berjamaah dengan orang-orang yang hadir. Bilalpun keluar sambil menangis dan meletakkan tangannya diatas kepala, sambil mengeluh, “Aduh musibah, susah, terputus harapan, telah habis hilang tempat tujuan, andaikata ibuku tidak melahirkan aku.”
Bilal terus masuk masjid dan berkata,”Hai sahabat Abu Bakar, sungguh Rosullullah menyuruh engkau agar sholat bersama-sama dengan orang yang hadir, karena Beliau sibuk mengurusi dirinya yang sedang sakit. Ketika Abu Bakar melihat mihrab (tempat sholat imam) kosong dan Rosullullah tidak hadir, maka Abu Bakar menjerit keras sekali dan jatuh tersungkur karena pingsan. Maka ributlah kaum muslimin, sehingga Rosullullah mendengar keributan mereka, dan bertanya kepada Fatimah, “Hai Fatimah mengapa pagi ini, dan apakah keributan di sana itu?” Siti Fatimah menjawab, “Keributan di sana itu ialah kaum muslimin sendiri , karena engkau tidak hadir”. Maka Rosullullah saw memanggil Ali dan Fadhan bin Abbas, lalu beliau bersandar kepada keduanya dan keluar rumah menuju masjid lalu sholat bersama-sama dengan mereka dua rekaat. Selesai sholat beliau berpaling ke belakang dan bersabda, ”Hai kaum muslimin, Kamu semua dalam pemeliharaan dan pertolongan Allah, oleh sebab itu bertaqwalah kepada Allah serta mentaatinya, maka sesungguhnya saya akan meninggalkan dunia ini. Dan di hari ini hari pertamaku di akhirat dan hari terakhir bagiku di dunia”.
Lalu Rosullullah saw berdiri dan pulang ke rumahnya. Kemudian Allah ta’ala memberi perintah kepada malaikat kematian, ”Turunlah Engkau kepada KekasihKu dengan sebaik-baiknya bentuk, dan lakukan dengan halus dalam mencabut ruhnya, kalau dia mengijinkan kamu masuk, masuklah dan kalau tidak mengijinkan maka janganlah masuk dan kembalilah”.
Maka malaikat kematian pun turun dengan bentuk seperti orang Arab Baduwi desa, seraya mengucapkan salam, “Assalamu ‘alaikum ya ahlal baiti nubuwwati wa ma’danir risalati adkhulu?(mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu sekalian, wahai penghuni rumah kenabian dan sumber risalah, apakah saya boleh masuk?) ”
Maka Rosullullah saw mendengarkan suara malaikat kematian itu dan bersabda, “Hai Fatimah, siapa yang berada di pintu?” Siti Fatimah menjawab, “Seorang Arab Baduwi yang memanggi dantelah aku katakan bahwa Rosullullah sedang sibuk menderita sakitnya, kemudian memanggil lagi yang ketiga kali seperti itu juga, makadia memandang tajam kepadaku, sehingga menggigil gemetar badanku, terasa takut hatiku dan bergeraklah sendi-sendi tulangku seakan-akan hampir berpisah satu sama lainnya serta berubah menjadi pucat warnaku, Rosullullah saw bersabda, “Tahukah engkau wahai Fatimah, siapa dia” Siti Fatimah menjawab, “Tidak” Rosullullah bersabda, “Dia adalah Malaikat yang mencabut segala kelezatan, yang memutus segala macam nafsu syahwat, yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta meramaikan keadaan kuburan.”
Maka menangislah Siti Fatimah, dengan tangisan yang keras sekali sambil berkata, “ Aduhai celaka nantinya, sebab kematiannya Nabi yang terakhir, sungguh merupakan bencana besar dengan wafatnya orang yang paling taqwa, terputusnya dari pimpinannya para orang-orang yang suci serta penyesalan bagi kami sekalian karena terputusnya wahyu dari langit, maka sungguh saya terhalang mendengarkan perkataan engkau, dan tidak lagi bisa mendengarkan salam engkau sesudah hari ini” Kata Rosullullah, “Jangan Engkau menangis Fatimah, karena sesungguhnya, engkaulah dari antara keluargaku yang pertama berjumpa dengan aku”
Selanjutnya Rosullullah saw bersabda, “Masuklah Engkau Malaikat Kematian, Maka Malaikat Kematianpun masuk sambil mengucapkan salam, “Assalamu ‘alaika yaa Rosullullah” Rosullullah menjawab, “Wa laika salam, hai malaikat kematian, engkau datang untuk berkunjung atau untuk mencabut nyawaku?” Kata malaikat Kematian, “Saya datang untuk berkunjung dan untuk mencabut nyawa, sekiranya Engkau mengijinkan. Kalau tidak maka saya akan kembali”.
Kata Rosullullah, “ Hai Malaikat Kematian, dimana Jibril Engkau tinggalkan?” Kata malaikat Kematian, ”Dia saya tinggalkan di langit duniadan para malaikat sedang menghormat memuliakan dia”. Tidak selang sesaat Malaikat Jibril as pun turun dan duduk diarah kepala Rosullullah saw. Kata Rosullullah saw, “Tahukah Engkau kalau ajalku telah dekat?” Jawab malaikat Jibril, “Ya Tahu, Yaa Rosullullah” Kata Rosullullah, “Beritahukanlah kepadaku kemuliaan yang menggembirakanku di sisi Allah”.
Kata Jibril, “Sungguh pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah berbaris rapi, menanti ruh engkau di langit, pintu-pintu surga telah telah dibuka dan para bidadari telah berhias menanti kehadiran ruh Engkau”.
Kata Rosullullah, “Alhamdulillah, Hai Jibril, berilah berita gembira tentang umatku di hari kiamat”. Jibril berkata, “Saya beritahukan, bahwa sesungguhnya bahwa Allah ta’ala berfirman, Sungguh telah Aku larang para nabi masuk ke dalam Surga, sehingga engkau masuk lebih dulu, dan Aku larang juga semua umat sehingga umat engkau masuk lebih dahulu.” Kata Rosullullah, “Sekarang telah puas hatiku dan hilanglah rasa susahku. Hai malaikat Kematian mendekatlah kepadaku.”
Saat-saat Rosullullah Muhammad saw Sakaratul Maut

Malaikat Kematian mendekat dan melaksanakan tugasnya mencabut ruh Beliau, dan ketika ruh sampai di pusat (perut), Rosullullah berkata, “Hai Jibril, alangkah dahsyatnya rasa mati itu” maka malaikat Jibril memalingkan wajahnya dari Rosullullah saw, “Hai Jibril apakah Engkau tidak suka melihat wajahku?” Kata Jibril, “Wahai kekasih Allah, siapakah orangnya yang sampai hati melihat wajah Engkau, sedang Engkau di dalam sakaratul maut”.
Annas bin Malik ra berkata, “ketika ruh nabi Muhammad saw sampai di dada beliau bersabda, Aku wasiatkan agar kamu sekalan menjaga sholat dan apa-apa yang menjadi tanggungannmu maka, masih saja beliau berwasiat dengan keduanya itu sampai putuslah perkataannya.”
Kata Ali ra, ´Sungguh Rosullullah saw ketika menjelang akhir hanyatnya telah menggerakkan dua bbibirnya dua kali, dan ketika saya mendekatkan telinga, saya mendengarkan beliau mengucapkan dengan pelan-pelan, umatku… umatku…”
Maka ruh Rosulullah saw dicabut pada hari senin bulan Rabi’ul awwal. Seandainya dunia ini akan kekal bagi seseorang, Niscaya Rosulullah saw di dunia ini akan kekal.
Saat-saat Jenazah Rosullullah Muhammad di mandikan

Diriwayatkan, bahwa Ali telah membaringkan jenazah Rosullullah saw untuk dimandikan tiba-tiba ada suara dari sudut rumah yang mengatakan dengan keras sekali, “Muhammad jangan engkau mandikan karena dia sudah suci dan disucikan” maka timbullah keragu-raguan pada diri Ali terhadap suara itu. Kata Ali, “Siapa Engkau sebenarnya, karena sesungguhnya Nabi Muhammad saw telah memerintahkan untuk memandikan.”
Tiba-tiba ada suara lain yang mengatakan, “Wahai Ali, mandikanlah dia,karena sesungguhnya suara yang pertama tadi adalah suara Iblis terkutuk, sebab dengki terhadap Muhammad saw maka dia bermaksud agar beliau dimasukkan ke dalam kubur tanpa dimandikan”.
Kata Ali, “Semoga Allah membalas kebaikan kepadamu, sebab Engkau telah memberitahukan bahwa tadi itu suara iblis terkutuk, maka siapakah Engkau?” Suara itu menjawab, “Saya adalah Nabi Khidir, menghadiri jenazah Nabi Muhammad saw.”
Selanjutnya Ali ra, memandikan Jasad Nabi Muhammad saw, Fadhal bin Abbas dan Usamah bin Zahid ra yang menuangkan air dan malaikat Jibril telah datang dengan membawa obat penahan kehancuran jasad dari surga. Kemudian mereka mengkafani beliau serta menguburnya di kamar Siti Aisyah ra, di tengah malam Rabu, sedang Siti Aisyah ra berdiri di atas kubur Nabi Muhammad saw sambil berkata, “Hai orang yang belum pernah mengenakan pakaian dari sutra, dan belum pernah tidur di atas ranjang yang empuk, hai orang yang keluar dari dunia sedang perutnya belum pernah kenyang meskipun dengan roti, dengan gandum kasar; hai orang yang memilih tidur di atas tikar daripada balai/ranjang; hai orang yang tidak tidur sepanjang malam karena takut siksa neraka Sa’ir”
Kisah Rosullullah Muhammad saw wafat terdapat dalam kitab Duratun Nasihin,

Rahasia Al-Ikhlas

(Arab:الإخلاص, “Memurnikan Keesaan Allah”) adalah surah ke-112 dalam al-Qur’an, tergolong surah Makkiyah, terdiri atas 4 ayat dan pokok isinya adalah menegaskan keesaan Allah sembari menolak segala bentuk penyekutuan terhadap-Nya. Kalimat inti dari surah Al-Ikhlas, “Allahu ahad, Allahus shomad” (Allah Maha Esa, Allah tempat bergantung), sering muncul dalam uang dinar emas pada zaman Kekhalifahan dahulu. Sehingga, kadang kala kalimat ini dianggap sebagai slogan negara Khilafah Islamiyah, bersama dengan dua kalimat Syahadat.

Al-Ikhlas

Nama lain surat Al-Ikhlas: Qul Huwallah, Nisbatur Rabbi, at-Tafrid, at-Tajrid, al-Wilayah, al-Ma’arifah, al-Jamal, Qasyqasy, al-Mudzakkirah, as-Shamad, al-Amin.

Asbabun Nuzul atau Peristiwa yang melatar belakangi turunnya surat Al-Ikhlas

Ada beberapa hadits yang menjelaskan Asbabun Nuzul surah Al-Ikhlas yang mana seluruhnya mengacu pada inti yang sama yaitu jawaban atas permintaan penggambaran sifat-sifat Allah dimana Allah itu Esa (Al-Ikhlas [112]:1), segala sesuatu tergantung pada-Nya (Al-Ikhlas [112]:2), tidak beranak dan diperanakkan (Al-Ikhlas [112]:3), dan tidak ada yang setara dengan Dia (Al-Ikhlas [112]:4).

Dilihat dari peristiwa paling pertama, Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa sekelompok Bani Quraisy pernah meminta Nabi Muhammad untuk menjelaskan leluhur Allah dan kemudian turun surah Al-Ikhlas. Riwayat lain bersumber dari Ubay bin Ka’ab dan Jarir bin Abdillah yang menyebutkan bahwa kaum Musyrikin berkata kepada Nabi Muhammad, “Jelaskan kepada kami sifat-sifat Tuhanmu.” Kemudian turun surah Al-Ikhlas untuk menjelaskan permintaan itu. Dalam hadits ini, hadits yang bersumber dari Jarir bin Abdullah dijadikan dalil bahwa surah ini Makkiyah. Selain itu dari Ibnu Abbas dan Sa’id bin Jubair menyebutkan bahwa kaum Yahudi yang diantaranya Kab bin Ashraf dan Huyayy bin Akhtab datang menemui Nabi dan bertanya hal yang sama dengan hadits pertama, kemudian turun surah ini. Dalam hadits ini Sa’id bin Jubair menegaskan bahwa surah ini termasuk Madaniyah. Dan juga riwayat Qatadah menyebutkan Nabi Muhammad didatangi kaum Ahzab (Persekutuan antara kaum Bani Quraisy, Yahudi Madinah, Bani Ghatafan dari Thaif dan Munafiqin Madinah dan beberapa suku sekitar Makkah) yang juga menyanyakan gambaran Allah dan diikuti dengan turunnya surah Al-Ikhlas.

Karena adanya berbagai sumber yang berbeda, status surah Al-Ikhlas Makkiyah atau Madaniyah masih dipertanyakan dan seolah-olah sumber-sumbernya tampak kotradiksi satu-sama lain. Menurut Abul A’la Maududi, dari hadits-hadits yang meriwayatkannya, dilihat dari peristiwa yang paling awal terjadi, surah Al-Ikhlas termasuk Makkiyah. Peristiwa yang pertama terjadi yaitu pada periode awal Islam di Mekkah yaitu ketika Bani Quraisy menanyakan leluhur Allah. Kemudian peristiwa berikutnya terjadi di Madinah dimana orang Nasrani atau orang Arab lain menanyakan gambaran Allah dan kemudian turun surah ini. Menurut Madudi, sumber-sumber yang berlainan tersebut menujukkan bahwa surah itu diturunkan berulang-ulang. Jika di suatu tempat ada Nabi Muhammad dan ada yang mengajukan pertanyaan yang sama dengan peristiwa sebelumnya, maka ayat atau surah yang sama akan diwahyukan kembali untuk menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, bukti bahwa surah ini Makkiyah adalah ketika Bilal bin Rabah disiksa majikannya Umayyah bin Khalaf setelah memeluk Islam. Saat disiksa ia menyeru, “Allahu Ahad, Allahu Ahad!!” (Allah Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Esa!!). Peristiwa ini terjadi di Mekkah dalam periode awal Islam sehingga menunjukkan bahwa surah ini pernah diturunkan sebelumnya dan Bilal terinspirasi ayat surah Al-Ikhlas.

Pendapat lain yaitu menurut as-Suyuthi. Menurutnya kata “al-Musyrikin” dalam hadits yang bersumber dari Ubay bin Ka’ab tertuju pada Musyrikin dari kaum Ahzab, sehingga mengindikasikan bahwa surah Al-Ikhlas Madaniyyah sesuai dengan hadits Ibnu Abbas. Dan dengan begitu menurutnya tidak ada pertentangan antara dua hadits tersebut jika surah Al-Ikhlas Madaniyah. Keterangan ini diperkuat juga oleh riwayat Abus Syaikh di dalam Kitab al-Adhamah dari Aban yang bersumber dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar datang menemui Nabi dan berkata, “Hai Abal Qasim! Allah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang, langit dari asap, dan bumi dari buih air. Cobalah terangkan kepada kami tentang Tuhanmu.” Nabi tidak menjawab dan kemudian Jibril membawa wahyu surah ini untuk menjawab permintaan Yahudi Khaibar.

Keutamaan Membaca Surat Al-Ikhlas

Dalam beberapa hadits dikatakan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa pahala membaca sekali surah Al-Ikhlas sama dengan membaca sepertiga Al-Qur’an sehingga membaca 3 kali surah ini sama dengan mengkhatam Al-Qur’an. Kisah terkait hadits itu terekam dalam beberapa kisah. Seperti kisah ketika Nabi bertanya kepada sahabatnya untuk mengkhatam Al-Qur’an dalam semalam. Umar menganggap mustahil hal itu, namun begitu Ali menyanggupinya. Umar kemudian menganggap Ali belum mengerti maksud Nabi karena masih muda. Ali kemudian membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali dan Nabi Muhammad membetulkan itu. Dalam hadits-hadits terkait hal ini, keutamaan surah Al-Ikhlas sangat memiliki peran dalam Al-Qur’an sehingga sekali membacanya sama dengan membaca sepertiga Al-Qur’an.

Riwayat Anas bin Malik, kisah berkaitan surah Al-Ikhlas yaitu dimana 70.000 malaikat diutus kepada seorang sahabat di Madinah yang meninggal hingga meredupkan cahaya matahari. 70.000 malaikat itu diutus hanya karena ia sering membaca surah ini. Dan karena banyaknya malaikat yang diutus, Anas bin Malik yang saat itu bersama Nabi Muhammad di Tabuk merasakan cahaya matahari redup tidak seperti biasannya dimana kemudian malaikat Jibril datang memberitakan kejadian yang sedang terjadi di Madinah.



Dalam riwayat Ibnu Abbas disebutkan Nabi Muhammad ketika melakukan Isra’ ke langit, melihat Arsy di atas 360.000 sendi dimana jarak antar sendi 300.000 tahun perjalanan. Pada tiap sendi terdapat padang Sahara sebanyak 12.000 dan luas tiap satu padang sahara itu adalah dari timur ke barat. Pada setiap padang Sahara itu juga terdapat 80.000 malaikat dimana setiap malaikat membaca surah Al-Ikhlas dan setelah membaca itu mereka berdoa agar pahala mereka diberikan kepada orang yang membaca al-Ikhlas, laki-laki maupun perempuan.

Selain itu Nabi Muhammad juga pernah berkata bahwa Qul Huwallahu Ahad (ayat 1) tertulis pada sayap Jibril, Allahus Shamad (ayat 2) pada sayap Mikail, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada sayap Izrail, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Ahad (ayat 4) pada sayap Israfil. Dan yang membaca al-Ikhlas memperoleh pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur’an. Lalu berkaitan sahabat, Nabi pernah berkata bahwa Qul Huwallahu Ahad (ayat 1) tertulis pada dahi Abu Bakar, Allahus Shamad (ayat 2) pada dahi Umar, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada dahi Utsman, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Ahad (ayat 4) pada dahi Ali.

Sedangkan hadits lain menyebutkan bahwa ketika orang membaca al-Ikhlas ketika sakit hingga ia meninggal, ia tidak membusuk dalam kubur dan akan dibawa malaikat dengan sayapnya melintasi Siratul Mustaqim menuju surga. Al-Ikhlas

Tuesday, 13 December 2011

Tanpa CINTA

own ... for what? what can!
do not we live with others, because someone else for someone else

yes ...
we live for others, because everyone else is our life so meaningful
is it possible we live alone without attention, without affection, without love

yes ...
without love, is it possible
but ...
whether we can, whether we can live without love?
sometimes I used to think .. perhaps, better to live without love
with no time to argue, without any thing to blame, without tears and anger, without any ... love ...

but ...
without love ...
there would be no happy smile in the morning
there would be no small laughter full of jokes
there would be no happiness ...
all empty ...
life without meaning
without affection
without love ...
and then ...
why do we have to live without love?
why we should avoid love
why should we pretend
that we are happy
without love....

पुइसी jiwaku kembali




I know
I'm not a great daie
or a mujahid this street
which allowed you tahtakan

I'm just a dreamer
that dream a reality
my dream of dreams.

Who dream only bergolek and rotating swivel
like dew on the surface of the glass

and quiet
lazily wallowing in my soul

But ...
when I imagined the whole body of Sayyid Qutb
keseorangan life and martyrdom of this road

re-burn my soul
in a love erti
and I ...
again setting the pace pace
along the way
towards a peace.

My little hearts
his hope
so that my spirit nevertheless
settle in the chest of green birds
chirping and flying
syurga tree lane ...
enjoy the world's lost love



Aku tahu
Aku bukanlah seorang daie yang hebat
atau seorang mujahid dijalan ini
yang boleh engkau tahtakan

Aku hanyalah sang pemimpi
yang mengimpikan sebuah kenyataan
dari impian impianku.

Impian yg hanya bergolek dan berputar putar
laksana embun dipermukaan kaca

lalu sepi
bergelimang malas dalam jiwaku

Namun ...
bila ku terbayangkan sekujur tubuh Sayyid Qutb
keseorangan hidup dan syahid dijalan ini

jiwaku kembali membakar
dalam sebuah erti cinta
dan aku ...
kembali menyusun langkah langkahku
menyusuri jalannya
menuju sebuah kedamaian.

Dihati kecil ku
menaruh harapan
agar ruh ku jua
akan bermukim di dada burung burung hijau
berkicau dan beterbangan
dipinggir pohon syurga …
menikmati cinta yang hilang didunia



M@M@h YUniawati....... Powered by Blogger.
  1. Menyesali sedalam-dalamnya tindakan dimasa lalu yang keliru, yang tidak bermanfaat dan tidak baik, dan mengembalikan harta orang yang telah diambil secara aniaya. Jika tidak bias mengembalikannya maka mintalah kerelaan dari sang empunya agar menjadi halal (analasa anebataken lampah kang karuhun, kang tanpa gawe, kang tanpa yukti, lawan arep angulihaken artaning wong kinaniaya. Yen tan kawasa angulihaken palampahana halal rewanging asawala, mangkadi i kang linaran atine abcik yang pasunga halal).
Design Downloaded from Free Blogger Templates | Free Website Templates